Rabu, 09 Maret 2011

Bermain domino

      Setelah kejadian mistis yang dialaminya pada suatu malam, Oq tak lagi berani menginap di RR seorang diri. Dia menghabiskan beberapa malamnya menmbuat spanduk di kampus. Hingga akhirnya pada suatu pagi dia dan beberapa kawan memergoki Fitri bersama seorang cowok, sejak itu Oq kembali rutin tidur di RR dan tentu saja tak seorang diri lagi.
      RR tak lagi sepi sejak malam itu. Kalau tak salah mereka berempat, Oq,Ical, Dotja dan yang satunya aku lupa. Satu kebiasaan kampus yang mereka bawa ke RR adalah bermain domino. Malam itu salah seorang di antara mereka membawa kartu remi dari kampus. Bagi kawan-kawanku, dalam melakukan sesuatu tanpa ribut merupakan suatu hal yang sangat mustahil. Jadilah malam itu dilewati dengan bermain domino disertai guyonan tawa mereka yang ribut. Segala hal bisa dijadikan bahan tertawaan buat mereka.
      Lewat tengah malam mereka terus bermain di ruang depan. Saat keasyikan bermain terdengar suara pintu belakang digedor seseorang. Mereka sejenak diam dan menoleh ke pintu belakang. Tak menunggu waktu lama mereka pun kembali melanjutkan permainan. Yang ada di kepala mereka adalah seorang tetangga terganggu dengan ulah mereka dan melempari pintu belakang. Meski yang terdengar adalah kepalan tangan yang memukul-mukul pintu, mereka memaksakan diri untuk menganggapnya lemparan.
      Permainan mereka sama sekali tak diusik oleh suara tadi. Mereka terus bermain dengan tawa yang membahana. Beberapa saat berlalu gedoran di pintu kembali terdengar bahkan jauh lebih keras dan terdengar sangat kasar. Sontak mereka membisu dan saling pandang untuk beberapa saat. Akal mereka berputar memikirkan segala kemungkinan. RR diapit tiga rumah dengan tembok-tembok yang tinggi tak mungkin pula ada yang bisa melempari pintu dengan tepat. Pagar depan pun telah tergembok jadi tak mungkin seseorang memasuki halaman tanpa diketahui. Kalau pun ada kenapa juga pintu belakang yang digedor, bukan pintu depan yang lebih dekat. Tanpa satu pun aba-aba yag terucap kartu domino yang masih berada di tangan mereka letakkan perlahan pada lantai dan masing-masing mengambil posisi tidur yang manis. Suatu jurus andalan ketika berhadapan dengan hal yang tak masuk akal. Karena digerogoti sedikit rasa takut, mereka memperebutkan selimut yang tak cukup menutupi tubuh keempatnya. Dan terjadilah adegan tarik menarik selimut dari ujung satu ke ujung lainnya hingga akhirnya mereka benar-benar tertidur pulas. Keesokannya mereka bangun masih dengan rasa penasaran dan kembali menertawakan kekonyolan dirinya masing-masing.