Rabu, 01 Desember 2010

Awal kemunculan Tubek

Hari yang paling ditunggu-tunggu bukanlah awal bulan, melainkan moment wisuda dan ulang tahun dimana ketika kedua hari itu tiba kami bisa menghemat uang makan dan pastinya porsi makan yang tak seadanya. Cukup melist hari lahir kawan-kawan dan selanjutnya berbasa-basi memberi ucapan dan segala macam doa lewat short message atau posting di wall facebook dan ujungnya adalah pengemisan traktir kepada yang berulang tahun.
    Malam itu Cycha datang dengan matic putihnya disusul Visal tentunya. Masih dengan gaya centilnya memasuki pintu rumah.
    “Assalamu alaikum..”salamnya terjawab singkat “Lam..”
    “Ayo ke rumahnya Rani! Ulang tahun ki. Makan-makan.”
    “Iyo kah? Serius duleh.. Sa kira lewat mi.” Oq antusias.
    “Lewat mi memang tapi baru datang Macenya dari Sorong.”
    “Wee, ada perkemekan1) di rumahnya Rani!”
    Oq berteriak memberi tahu yang lain di kamar dan balai-balai belakang rumah. Tanpa teriak pun mereka pasti sudah tahu dan bisa mendengar percakapan di ruang depan.
    “Kurang motor tante.” Aku menatap Cycha.
    “Ada ji motorku, kan saya sama Visalku.”
    “Masih kurang lah. Tidak bisa juga bonceng tiga ke rumahnya Rani.”
    Benga muncul dari belakang lalu ikut dalam percakapan.
    “Sms Uznul sama Wawan, dia mau ke sini sa kira.”
    “Sani, Garring juga sekalian.” Oq menambahkan.
“Ke Takalar ki Garring dia bilang. Biasa subuh pi dia pulang jadi langsung masuk kampus.”
    “Sms mi saja. Paling tidak kita kasi tahu ji.”

    Send to many, Atenk; Idunk ; Garring
Ad undgan k rmhX tante Rani. Ad acr kmek.
Kmpul d RR spy qt bragkt rme2. Cpatko smua.
Sender : Cadel
Pesan telah terkirim.

    Semua mulai bergegas, bersiap untuk mengeksekusi makanan di rumah Rani kecuali Ical. Sejak tadi dia jarang ngomong, kerjanya hanya tidur di dalam kamar. Baru kali ini dia betah berlama-lama di kamar.
“Sama Uznul mako nanti kau Sani. Jadi Uun bisa sama Ical. Ada ji motorku sama motornya Cycha juga  jadi bisa ji dipake sama Ang atau Dotja.” Oq mulai mengatur siapa membonceng siapa.
    “Ndak mau ikut Ical katanya” Benga muncul lagi.
    “Kenapai Ical kah?” Dotja menoleh ke Benga.
    Mendengar kami sedang mempertanyakan dirinya di halaman depan, Ical keluar kamar dengan sarung yang ia kenakan. Pemandangan yang sangat jarang terlihat.
    “Ndak usah ma ikut. Panas badanku. Jaga rumah meka saja saya.”
“Ikut mako saja Cal, na adaji penjaganya RR. Kenapa kau bisa demam kah?”
“Tidak bisa ka juga jalan ini. Malas ka pake celana. Sakit biji ko**o*ku. Ini yang kasi panas badanku.”
“Kau kah tidak kau kasi istirahat juga barangmu. Jangan dikasi kerja terus itu barang.” Oq menimpali ditambah senyum busuk sedang yang lain juga ikut senyam senyum.

Semua kini berada di halaman depan. Hanya Uun yang sibuk keluar masuk rumah. Uznul telah tiba serta Wawan dan Ria yang sampai tak lama sesudahnya sedang Garring belum juga memberi konfirmasi. Mungkin pulsanya habis pada saat, hanya itu yang bisa aku perkirakan.
Kami tinggal menunggu Uun yang kini berada di dalam kamar. Mungkin dia sedang mengutak atik tas pakaiannya yang kami simpan dalam kamar bersama buku-buku kuliah tak terurus dan barang rongsokan lain yang tak kunjung kami buang. Kami membiarkan saja barang-barang itu tetap berada dalam kamar. Paling tidak bisa menjadikan kamar RR memiliki fungsi sebagai gudang. Bukan kamar tidur.
Uun melangkahkan kakinya keluar kamar. Dengan celana jeans hitam selutut yang sangat jelas mempertontonkan betis berototnya dipadankan dengan baju kaos berwarna hitam pula. Sama hitamnya dengan hati si pemakai. Tapi bukan itu yang menjadi centre of attention buat kami. Pakaian serba hitam dan wajah yang selalu dibuat-buat cool sudah sangat sering kami jumpai. Malam itu dia mengenakan topi hitam lebar persis topi yang sering dipakai porsenil Peewee Gaskin. Dengan mantap dia menghampiri kami dan berujar,
“Ayo mi!”
Sejeda kami diam dan saling pandang kemudian. Karena tak mampu lagi menahannya akhirnya pecahlah tawa kami. Ical sendiri sejenak melupakan rasa sakit pada bijinya. Dia terpingkal pula. Uun hanya melongo mempertanyakan apa yang menjadi bahan tertawaan kami dalam hati.
“Mauko ke mana Un?”Dotja tertawa sambil bertanya.
“Sa kira mau makan di rumahnya Rani.” Uun masih saja bingung.
“Cocok mi. Tidak mau ji pergi geol orang Un.”
“Kau kayak Tukang Becak saja penampilanmu.”
Semua kembali sibuk tertawa. Dia pun ikutan tertawa atas kekonyolannya.
“Hahaaaahaaaa… kau kayak tubek Un.”

Kami pun berangkat ke rumah Rani meninggalkan Ical dan sisa lelucon tadi bersama semahluk cantik yang tak terjamah yang juga hidup bersama kami menghuni RR. Tak apalah sekali dia berdiam diri di rumah. Kami menjanjikan untuk membungkus makanan untuknya.
Sepanjang perjalanan pun tetap saja Uun dengan gelar barunya menjadi bahan tertawaan. Bahkan sesampai di rumah Rani masih juga menertawakan profesi baru Uun sebagai tubek.

Selasa, 30 November 2010

Lagu Kebangsaan

Sama halnya dengan sebuah Negara yang memiliki lagu kebangsaan yang akan dikumandangkan pada hari kemerdekaan, acara-acara kenegaraan dan ketika putra bangsa menjuarai suatu turnamen Internasional, kami pun punya satu lagu kebangsaan. Bedanya kami tak perlu menunggu moment tertentu untuk menyanyikannya. Dan tak juga harus dengan badan berdiri tegap dan lengan kanan yang dilipat untuk sebuah penghormatan. Kami menyanyikannya setiap saat kapan pun dan dimana pun kami mau. Tak harus di RR. Bahkan kami betah duduk menyanyikannya berulang-ulang sampai orang di sekeliling kami merasa bosan dan terusik.  Merupakan sebuah kebetulan yang baik bagi kami karena nama band yang mempopulerkan lagu tersebut terdiri dari dua kata yang jika disingkat dengan mengambil huruf awalnya saja akan menjadi RR. Yah, lagu kebangsaan kami adalah Ingin Hilang Ingatan yang dibawakan oleh Rocket Rocker.

Menghilanglah dari kehidupanku
Enyahlah dari hati yang tlah hancur
Kehadiran sosokmu kian menyiksaku
Biarkan di sini ku menyendiri

Pergilah bersamanya di sana
Dengan dia yang ada segalanya
Bersenang-senang lah sepuasnya
Biarkan di sini ku menyendiri

Terlintas keinginan tuk dapat
Hilang ingatan agar semua terlupakan
Dan ku berlali sekencang-kencangnya
Tuk melupakanmu yang telah berpaling

(yang tlah berpaling)

Di sini
Kembali
Kau hadirkan ingatan yang seharusnya kulupakan
Dan ku hancurkan adanya
Di sini
Kembali
Kau hadirkan ingatan yang seharusnya kulupakan
Dan ku hancurkan adanya

Letih di sini ku ingin hilang ingatan


Lagu dengan lirik yang cukup sederhana. Awalnya lagu ini malah menjadi lelucon. Mendengar sang vokalis menyanyikannya dengan dialek yang sangat familiar di telinga kami dimana penyebutan huruf e menjadi e’ persis penuturan orang Toraja. Tapi akhirnya kekhasan itu yang kami suka terus menyanyikannya hingga jadilah Ingin Hilang Ingatan menjadi lagu kebangsaan kami.

Penunggu RR

Seorang kawanku yang selalu bertingkah sok cool dalam segala aktivitas yang dia lakukan, baik itu makan, jalan, melamun, bahkan pada saat tidur. Mungkin ketika buang air juga, aku tak tahu. Dia bernama Uun Muchlis Saputra tapi  paling sering kami panggil Tubek dan panggilan sayangku untuknya adalah Uni, mengingat foto busuknya yang pernah kutemukan. Mungkin di antara kawan cowokku dia yang paling cakep. Cakep yang tak kami nilai dari penampakan fisiknya, kalau itu sih dia jauh dari cakep. Tapi kami berani mengatakan dia cakep karena dialah yang paling laku. Sejak awal kuliah saja sudah ada cewek di angkatanku yang begitu suka padanya. Uun dijadikan alat untuk sekedar memeroleh makan dan merokok dari si cewek itu. Tapi akhirnya Uni tak sempat jadian dengannya, malah memilih cewek yang bergelar Cahaya, mahasiswi jurusan sastra Indonesia. Dan karena si cahaya ini pula Uni sempat hilang selama lima hari.


Pernah tidak buka album kecil kamu dan menemukan wajahmu ketika SD persis sama dengan wajah mahasiswamu? Kalau kebanyakan kawanku punya wajah yang berbeda ketika Maba dimana kepala pada botak dengan wajah dengan rambut gondrong. Kawan yang satu inisejak maba hingga sekarang wajahnya tetap sama awetnya. Awet tua kami bilang. Namun setelah kami memeroleh bukti real dari jejak masa kecilnya, ternyata wajahnya memang tak pernah  berubah sejak dia SD. Namanya Laode Muhammad Riswan Syaflan. Salah satu anak dari seorang wakil rakyat di kota asalnya. Tapi Benga begitu sering ia disapa, tak pernah berbangga akan profesi ayahnya. Mungkin sebuah dendam kesumat dalam dirinya yang membuatnya kurang respect pada ayahnya sendiri. Dia adalah satu dari tiga anggota KOREK (Komunitas Reggae Kendari). Kecintaanya pada Jah membuatnya begitu tergila-gila pada rasta. Republic Merah Kuning Hijau.



Menjelang lebaran sibuk keliling Makassar mencari kopiah yang pas di kepalanya. Mulai dari pertokoan hingga pedagang tendaan yang berjejer di sepanjang jalan sekitar masjid Al-Markas. Namun sayang tak satu pun kopiah yang cocok di kepalanya yang super besar,bahkan kopiah ukuran paling besar sekalipun. Cowok berdarah bugis yang sama sekali tak mampu berbahasa bugis,bagaimana tidak kalau besarnya di Tarakan. Sebuah pulau di Kalimantan Timur yang cukup dekat dari Tawau daerah Malaysia. Dengan badan besar dan tinggi serta kepala yang besar pula cukup meyakinkan untuk memberinya citra yang sangar dan pantas disegani. Selain kuliah ada dua pekerjaan sampingan yang dia tekuni. Dokter spesialis handphone yang buka klinik di rumahnya serta menjadi tukang ojek untuk kakak dan adik perempuannya. Dialah Anggra Firmansyah atau yang juga dikenal dengan Ang.


























Putra Bugis dengan dialek Bone yang khas ini yang paling banyak punya cerita kelam di awal semester dia berstatus sebagai mahasiswa. Pembawaannya tenang tapi terkesan arogan sukses membuatnya menjadi korban pemukulan anak teknik. Dia kawan seperjuangan Ang sejak awal. Tak hanya sekelas, mereka berdualah sang penunggu sekret di awal kepanitiaan. Aku sendiri terkadang tertawa geli jika mengingat kehidupan di sekret dengan sebatang rokok yang dihisap bertujuh dengan kawan lainnya. Dan statement sebatang rokok bertujuh selalu dikaitkan dengan cowok ini. Mungkin karena ketika dia melontarkan statement tersebut air matanya tak lagi tahan untuk diperlihatkan pada kawan-kawan angkatan kami. Tapi jangan salah, air mata busuk itu bisa berubah menjadi sejumlah bungkus rokok yang diberikan oleh salah seorang anggota geng XOXO pada saat itu. Faisal Bin Asse adalah nama yang tercatat dalam kartu mahasiswa dan semua surat administrasinya. Rambut Ical yang kini gondrong dan keriting dan bentuknya bulat persis model pangkasan bunga asoka di taman kota membuat orang segan padanya. Terlebih lagi ditambah dengan sikap pendiamnya, meski sebenarnya dia orang yang heboh dan paling banyak goyang.




Panaungi Anapratama Saputra adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya namun selalu memperkenalkan diri dengan Dotja (baca Doca). Hingga detik ini aku masih mempertanyakan dimana letak kesinambungan antara kedua nama tersebut. Dialah yang berhasil menyabet award maba terganggu jiwanya pada anniversary yang ke-28. Dan tak sia-sia penghargaan itu dia terima karena sampai sekarang dia masih tetap mempertahankan jiwanya yang terganggu. Dia paling tidak bisa diam.  Seorang karateka yang juga aktiv bermain parkour. Kesenangannya pada hal yang menegangkan seperti parkour tak juga menghilangkan traumanya pada kecoa. Selain itu, dia  adalah seorang gamer. Dari pagi hingga kembali pagi kerjanya hanya main game. Tidur di samping laptop sehingga paginya bisa langsung main game lagi. Tak perlu cuci muka apalagi sikat gigi atau mandi. Betah memainkan harvest moon dengan buku panduan di tangan. Dan mengaplikasikannya di kebun belakang rumah dengan jagung dan ubijalar meskipun akhirnya tikuslah yang terlebih dulu memanennya. Bahkan demi game, dia rela tidak mengikuti ritual di Pura sebagai ujian MKU Agama. Dan hasilnya adalah pengulangan mata kuliah tahun berikutnya.Paling tidak hanya dua kali program jika dibandingkan dengan MKU Bahasa Indonesia yang telah dia program tiga kali, semoga saja bisa lulus tahun  ini. Tubuhnya kurus dan jakung dibubuhi sekawanan jerawat yang memberi contour yang unik di wajahnya namun kini sudah mulai tak setia lagi bersamanya.



Akhir kehampaan RR

Perkenalan umum tentang RR cukup dulu, kini saatnya menghadirkan para tersangka yang menghuni RR yang sempat hampa ditinggal penghuni lamanya akibat insiden pelecehan ‘katanya’ Fitri. Tak jelas juga masalah ini. RR kembali berpenghuni sejak kami mulai mempersiapkan tiga kegiatan tahunan jurusan. Awalnya OQ, mahluk yang paling setia menginap di RR meskipun sendiri mulai merasa terusik oleh kehadiran mahluk penghuni RR yang lain yang inderanya tak mampu menangkap keberadaannya. Sejak itu, OQ kembali melewati malam di kampus. Dan setelah aktivitas malam berakhir paginya OQ beserta kawan lain mengunjungi RR untuk membasuh badan dengan beberapa tetes air yang mengalir dari keran kamar mandi.
Dan pagi itu pula menjadi hari baru keberadaan RR dalam hidup kami. Tepat pada pagi dimana mereka memergoki Fitri bersama seorang cowok yang juga teman angkatanku yang sebentar lagi sukses menjadi selebriti. Tak tahu juga apa yang mereka perbuat semalaman di RR berdua.

Gambaran Umum RR

Saatnya untuk menggambarkan RR. Seperti yang telah aku sampaikan sebelumnya, RR berada di BTP Blok G 215. Letaknya cukup strategis karena tak jauh dari jalur transportasi umum serta sangat dekat dari masjid. Meskipun sebenarnya sangat tidak ada pengaruhnya RR jauh atau dekat dari masjid buat kami. Paling tidak dengan keberadaan masjid itu lebih memudahkan kawan yang ingin mencari alamat kami. RR berada di persimpangan jalan yang di depannya berdiri sebuah tiang listrik serta got yang sangat bau. RR diapit dua bangunan yang pantas disebut rumah, begitu juga bangunan yang membelakangi RR. RR adalah rumah imut yang memiliki satu kamar tidur, dapur, kamar mandi serta ruang tamu yang semuanya serba sempit. Bagian yang luas di RR hanyalah halaman dan kebun belakang. Tak apalah, paling tidak kami masih punya sesuatu yang luas. Bukan hanya jidad yang lebar bak landasan pesawat yang dimiliki sebagian dari kami, termasuk aku. Untungnya RR punya pagar besi yang cukup menggambarkan bahwa bangunan ini adalah rumah. Entah apa yang bisa dibanggakan dari bagunan fisik rumah ini. Kedua pintu akan berbunyi ketika dibuka tutup, jendela depan sangat lebar dan hampir tak pernah di buka jadi butuh selimut untuk menutupinya. Kamar mandinya juga. Bukannya sempit lagi, tapi teramat sangat sempit sekali banget. Selain itu airnya tak pernah sekalipun mengalir sepanjang hari. Ada waktu-waktu tertentu air mengalir. Sebenarnya kamar tidur di RR cukup luas tapi karena suatu alasan yang tak masuk akal makanya kami lebih memilih bersempit-sempit di ruang tamu. Jadi ruang tamulah pusat semua kegiatan kami di RR, mulai dari duduk santai, makan, nonton, main game, kerja tugas jika musim final tiba, dan pastinya tidur. Untungnya kami mandi dan buang air tetap di kamar mandi.

Introducing

Apa yang terlintas di kepalamu ketika mendengar kata “Rumah Rayap”? Mungkin beberapa menganggap Sarang Rayap. Memang benar sih rumah itu dihuni rayap beserta mahluk yang tak jelas lainnya. Di sana-sini tertinggal jejaknya. Mulai dari balok kayu yang menyanggah genteng rumah, pintu dan jendela hingga dinding rumah. Sudah ada beberapa yang lapuk untung dindingnya semen jadi hanya sarangnya saja yang tertinggal di sana.
Di sini aku akan membagi cerita indah (entahlah bagi orang lain, paling tidak untukku indah). Di tengah kompleks perumahan ternama di Kota Makassar yang katanya sih kompleks perumahan terluas di Indonesia Timur. Kurang tahu juga sih kebenarannya karena baru satu dua daerah Timur luar provinsiku yang pernah kudatangi.
Sebelumnya aku ingin perkenalkan diriku. Namaku Sani dan juga dikenal dengan nama Cuplis. Mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan sastra Inggris. Universitas yang begitu kudambakan sejak di bangku SMP namun mengecewakanku setelah menjadi bagian di dalamnya. Di sinilah Dia yang kami sebut Tuhan, siapapun namanya, memertemukanku dengan kawan-kawan seperjuangan di sastra Inggris. Mereka orang yang hebat. Yah, aku merasa hebat jika bersama mereka.
Entah berawal dari mana Rumah Rayap yang lebih sering kami singkat RR ditemukan. Rumah yang orang kenal dengan BTP Blok G 215. Yang jelas Rumah Rayap telah melengkapi kehidupan kami sejak tahun awal kami sebagai mahasiswa. Sepengetahuanku nama Rumah Rayap tak serta merta disematkan pada rumah imut itu. Mungkin karena kelompok belajar itu belum bernama sedang sejumlah cewek modis di angkatanku dengan bangga menyebut mereka XOXO namun sering kami pelesetkan dengan Kali Nol Kali Nol. Hingga akhirnya beberapa senior menamai kami Anak Rayap.
Rumah Rayap mulanya hanya sebagai tempat nongkrong, sekedar mengisi kekosongan waktu kuliah dengan berbagai perbuatan mesum. Entah benar atau tidak, aku belum terikat kuat pada RR saat itu. Kegiatan di awal keberadaan RR hanya nongkrong itu pun hanya pada waktu kuliah. Tak ada kegiatan malam.
Sebaiknya para pelaku aku hadirkan dalam cerita ini.

Penghuni Awal
OQ. Sengaja aku kenalkan terlebih dulu. Mengingat dialah penghuni RR yang bertahan dari awal hingga kami melepas RR. Tak hanya itu, di antara kami dialah yang paling lama hidup di dunia ini dengan nama lahir Dwiky Pratama Noviar. Tak cukup menggunakan satu kata yang mewakili dia. Aneh mungkin hampir tepat. Pria pendek yang berdarah Bone, lahir di Kendari dan melewati hampir sebagian umurnya di Bali meskipun sempat beberapa waktu di Sungguminasa. Awal kuliah sudah sangat jelas bakat ngebanyolnya. Kalo fisik sih nggak bisa diandalkan. Meskipun badan pendeknya dihiasi beberapa tattoo, tetap saja dia hanyalah seorang manusia biasa yang juga penakut.












Selanjutnya adalah orang yang paling berjasa dalam penemuan RR. Nomor dua bukan karena dia paling tua setelah OQ. Tapi karena dia paling besar. Uznul anaknya Hamid tapi sering juga dipanggil Uci. Tubuhnya buntal bulat, tak salah senior manggil dia gallon.
Nah, dia yang memeroleh inspirasi untuk menamai rumah itu Rumah Rayap. Mungkin dia juga dapat bisikan dari penunggu yang lain. Kiki. Si abangnya Neng ini yang paling sering nongkrong di RR pada awalnya. Cowok playboy ini sempat jalan beberapa hari dengan salah satu cewek yang diimpikan cowok Grotesque ’08 (nama angkatan). Tak ketinggalan sang mantan pacar yang sekarang sudah menjadi isterinya abang. Nuuny. Ibu satu anak ini dari dulu memang sangat cerewet dan pemarah. Tapi dia sangat penyayang lho.
Cewek bertubuh kecil yang paling genit di antara kami siapa lagi kalau bukan Cycha. Dulu dia cukup sering nongkrong di RR. Mungkin karena pada saat itu dia telah berstatus pacaran dengan Visal si cowok tinggi dan sangat malas masuk kuliah di tahun pertama.
Cowok yang satu ini sering kami panggil Squidward. Tak tahu juga siapa yang pertama menyadarinya. Wawan berhasil meraih gelar elit ini karena hidungnya kebesaran. Dia juga paling sering bohong padahal alumni pesantren IMMIM.
Ummi juga salah satu orang yang turut andil dalam pengadaan RR. Meskipun jarang nongkrong seperti yang lain, Conk, begitu biasa dia disapa cukup peduli pada RR walaupun dia punya pandangan yang berbeda. Maklumlah selain sibuk mencari ayah baru buat Oza, dia  juga baru memulai hidupnya di dunia pergerakan mahasiswa pada saat itu.
Tante Rani biasa kami memanggilnya. Cewek berkacamata ini cukup bebas karena orang tuanya tugas kerja di Wasior. Dia juga paling sering membawa Malboro putih.
Cowok asal Sidrap yang paling malas kuliah dari awal, dialah Haris. Tiap pengumpulan harus merelakan kamar kostnya sebagai tempat pelarian para pembangkang sampai penghuni kost yang lain komplain karena mulut kami pada gak tau liat situasi. Hahaaa..
Adek bungsu dialah Imran mahluk yang berasal dari Takalar ini paling suka bilang garring, awalnya aku sendiri tak tahu apa artinya hingga kelamaan dia kami panggil Garring. Dialah yang paling pendiam dan tak bertingkah di antara kami. Cowok baik-baik yang rajin shalat dan masuk kelas kuliah.
Entah kawan-kawanku bisa menerima nama yang selanjutnya akan aku tuliskan atau tidak. Mungkin lebih baik jika tetap saja aku tuliskan, toh kalau mereka marah gampang banget kok dihapus. Dialah Fitri, cewek yang tak kalah centilnya dari Cycha. Tapi keberadaannya sekarang tak ada yang mengetahui. Untuk menemukannya bak mencari jerami di tumpukan jarum. ‘Tapi untuk apa pula mencari dia’. Pasti itu yang dipikirkan di kepala sebagian besar dari kami. Kecuali kalau ingin menjadikannya sumber uang tak halal.
Nah itulah orang-orang yang tercatat dalam sejarah awal keberadaan RR. Mereka yang pernah menghuni RR dengan gaungan ria canda. Dengan celotehan khas anak muda dan segala pembicaraan yang tidak penting tapi seolah penting untuk diperbincangkan.
Ini gambar RR tampak depan..
Tiga orang bersaudara. Wawan Idunk, Haris Kuliah dan Imran Garring..