Selasa, 19 April 2011

Wireless Hunter

      Pada suatu pagi yang sama sekali tak cerah aku menenteng laptop putih Benga ke trotoar depan rektorat. Bukan tanpa alasan membawanya. Pagi itu aku hendak mencari bahan untuk tugas kuliah. Fasilitas wifi yang kampusku punya cukup memudahkan kami memeroleh layanan internet gratis. Paling tidak tak perlu merogoh kocek kami untuk ke warnet.
      Setelah laptop kunyalakan dan menyambungkannya pada wireless segera kuklik mozila yang ada pada desktop. Karena niatku sebenarnya adalah bermain facebook sekalian cari tugas makanya tab pertama yang kubuka adalah facebook. Setelah memasukkan alamat email dan passwordku, barulah waktunya menyapa om google yang selalu ada membantu penyelesaian tugas-tugasku.
      Sekitar setengah jam lebih bergaul di dunia maya baterai meter laptop berubah warna menjadi merah. Karena di trotoar tak ada sambungan listik akhirnya dengan hati yang sangat berat aku harus melogout akun facebookku. Baru saja laptop kututup seorang lelaki berjaket hitam dengan kaca matanya menghampiriku. Dari jarak yang dekat baru dengan jelas terlihat jajaran behel pada giginya. Dia juga membawa serta sebuah handycam.
      “Dek, lagi buka facebook yah?” tanpa sungkan dia bertanya.
      “Tidak.” Aku hanya menjawab singkat.
      “Terus tadi ngapain?”
“Ooo, kalo tadi memang maen FB kak, tapi kan sekarang laptopnya sudah saya matikan.”
“Bisa dinyalain lagi dek? Terus buka FB sebentar. Cuma untuk berita kok dek.” Wartawan itu setengah memohon.
“Yah, laptopnya lowbat kakak. Gimana dong? Cari meki yang lain saja.”
“Aduh dek,dari tadi saya kelilingi ini kampus untuk cari tiga orang pengguna FB. Sudah ada dua orang saya wawancarai nah tinggal satu lagi trus kau ji yang saya dapat.”
“Kalau sore di sini banyak yang OL, jangan datang di jam kuliah nassami sepi. Untungnya ada ji orang suka bolos kayak saya.”
“Buka mi paeng FBmu dek.” Dia menghadiahiku sebuah senyuman yang memperlihatkan sebagian behelnya.

      Laptop kembali kunyalakan dan tak lama halaman FB pun terbuka. Ternyata tak hanya merekam tampilan FBku tapi ada sesi wawancaranya juga. Jadilah lidahku berlogat. Lumayan bisa masuk TV local cuy.
      Wartawan        : “Apa sih gunanya FB buat kamu?”
Cadel                : “FB sih berguna banget buat aku. Selain bisa dapet teman baru juga bisa menjaga silaturahmi dengan keluarga dan sahabat yang berada di luar kota.”
Wartawan        : “Sudah berapa lama pakai FB?”
Cadel                : “Sudah lumayan lama juga sih. Gak inget kapan bikinnya”
Wartawan        : “Biasanya kalo buka FB ngapain aja?”
Cadel                : “Kalau saya sih gak banyak kak. Palingan update status, komen-komen kalo enggak wall-wallan aja ma temen. Tapi kalau temen-temen saya yang cowok sih bikin FB untuk maen game.”
Wartawan        :“Game apa?”
Cadel                : “Gak jelas juga sih mereka pada maen game apa. Katanya sih banyak, Cuma yang paling sering dimaini semua temanku sih RL, Rock Legend.”

      Hanya dengan empat pertanyaan lidahku sudah terlipat karena logat. Kembali laptop kumatikan dan kumasukkan ke tas. Aku pun bangkit dan bersiap menuju fakultas. Si wartawan tadi masih berdiri di trotoar.
      “Thank you yo man..” katanya.
Aku hanya diam masam. Seperti sangat mengenal salam tadi.
“Add saya yah.” Dia memerlihatkan nama di seragamnya yang tersembunyi di balik jaket yang ia kenakan.
“Iya.”
“Salam merah kuning hijau sistah..” dia pun melangkah pergi.
Aku melongo sendiri. Kata-kata tadi selalu terdengar dari mulut Benga. Mungkin dia kira aku pecinta Reggae juga. Lama baru aku sadari penyebabnya. Pasti dia melihat stiker berbentuk daun ganja yang tertempel di laptop.
      Petang menjelang dan kami pun kembali ke RR dengan pete-pete. Setelah berhenti di persimpangan dan berjalan beberapa puluh meter, barulah kami tiba di depan rumah. Gerbang telah terbuka dan tampak dua motor bebek terparkir di halaman. Rupanya Oq, Uun dan Dotja telah tiba duluan.
      Aku berganti pakaian dan tak mungkin mandi mengingat air di bak tinggal keraknya saja. Azan maghrib mulai berkumandang dan kami tak menghiraukannya sama sekali. Kami tetap saja berguyon seenak hati, hanya suara tawa yang dikecilkan. Setelah terlihat beberapa lelaki paruh baya melewati RR dengan mengenakan baju koko dan sarung lengkap dengan peci di kepala barulah kami bisa kembali bebas tertawa dengan suara yang tak tertahan.
Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Tak lama berselang bunyi sebuah motor terdengar mendekati RR. Motor terparkir dan suara gerbang terdengar disertai suara langkah yang kian jelas. Dan bisa ditebak apa yang selanjutnya terjadi. Seseorang mengetuk pintu dan suara cempreng pun akan terdengar.
“Assalamu alaikum..” suara dari luar.
      “Masuk mako..” jawab kami nyaris serempak.
Pintu terbuka dan muncul sesosok manusia di baliknya. Postur cukup tinggi dibalut baju kaos dan celana pendek selutut yang memerkan hutan lebat pada betisnya. Kepalanya masih mengenakan helm biru yang sangat tidak enak dipandang. Dia Dede, seorang kawan yang belum sempat kukenalkan. Seangkatan juga dengan kami. Dia tinggal bersama kakak dan Ibunya, tak jauh dari RR.
Ardhyanta Tajuddin Sampetoding nama lengkapnya. Dengan darah Toraja yang kental mengalir di tubuhnya membuatnya mirip tedong bonga (apa anda percaya?). Dan kalimat yang akan dia lontarkan setelah salam adalah,
      “Mana Dotja?”
Tiga kali seminggu sekitar pukul tujuh malam dia selalu menjemput Dotja untuk bermain Parkour di lapangan Hasanuddin. Karena latihannya mulai pukul sembilan dan tempat latihan sangat jauh, makanya mereka selalu berangkat cepat. Apalagi kendaraan plat merahnya melaju sangat kencang.
      Dasar Dotja yang jail, selalu saja lambat bergerak. Main game dulu lah. Mandi lah. Pokoknya ada segudang alasan untuk membuat Dede menunggu dan jengkel. Entah berapa kali kata ‘ayo mi’terdengar, barulah mereka berangkat.
Sepeninggal mereka kini giliran kelelawar RR yang bersiap pergi. Tujuannya satu. Kampus. Sebelum jalan tentu saja ada acara hom pim pa dulu. Siapa yang punya alasan paling keren dialah yang berhak membawa laptop Benga. Biasanya yang paling jago adalah Uun. Bersama Oq, dia lalu mempersiapkan segala keperluan tugas malamnya. Semuanya dimasukkan ke dalam rangsel. Laptop beserta charger lengkap dengan colokan listrik dia masukkan. Tak lupa dua sachet soffel jeruk dan sebungkus rokok yang hanya berisi beberapa batang juga dibawa.
Dengan mantap meninggalkan rumah untuk dinas. Bukan untuk bekerja. Tapi menelusuri seluruh pelosok kampus untuk menemukan sebatang signal wireless. Tujuannya jelas yakni bermain game yang tersedia di facebook. Mereka lah kawan yang kumaksud dalam wawancara pagi tadi. Para pemain Rock Legend.
Tiap malam seperti itu. Meninggalkanku dan Benga yang selalu kebagian tugas jaga rumah. Untunglah Idunk dan pacarnya Ria sering mampir. Dengan niat tulus berjuang dalam bettle demi menaikkan level permainan Rock Legend.
Rock Legend adalah suatu permainan yang tersedia dalam facebook. Sejenis permainan band dimana kamu harus memilih satu posisi dalam sebuah grup band. Entah itu vokalis, gitaris, basist, keyboardist, atau drummer. Hanya itu, tak ada soundman maupun kabelist. Seorang pemain harus tergabung dalam band dan terus battle dengan band lain untuk menaikkan level. Pemain bisa keluar dari band dan dikontrak oleh band lain. Kurang lebih seperti itu sistem permainannya. Aku sendiri tak tahu jelas.
Karena game inilah mereka berprofesi sebagai Wireless Hunter.

Rabu, 09 Maret 2011

Bermain domino

      Setelah kejadian mistis yang dialaminya pada suatu malam, Oq tak lagi berani menginap di RR seorang diri. Dia menghabiskan beberapa malamnya menmbuat spanduk di kampus. Hingga akhirnya pada suatu pagi dia dan beberapa kawan memergoki Fitri bersama seorang cowok, sejak itu Oq kembali rutin tidur di RR dan tentu saja tak seorang diri lagi.
      RR tak lagi sepi sejak malam itu. Kalau tak salah mereka berempat, Oq,Ical, Dotja dan yang satunya aku lupa. Satu kebiasaan kampus yang mereka bawa ke RR adalah bermain domino. Malam itu salah seorang di antara mereka membawa kartu remi dari kampus. Bagi kawan-kawanku, dalam melakukan sesuatu tanpa ribut merupakan suatu hal yang sangat mustahil. Jadilah malam itu dilewati dengan bermain domino disertai guyonan tawa mereka yang ribut. Segala hal bisa dijadikan bahan tertawaan buat mereka.
      Lewat tengah malam mereka terus bermain di ruang depan. Saat keasyikan bermain terdengar suara pintu belakang digedor seseorang. Mereka sejenak diam dan menoleh ke pintu belakang. Tak menunggu waktu lama mereka pun kembali melanjutkan permainan. Yang ada di kepala mereka adalah seorang tetangga terganggu dengan ulah mereka dan melempari pintu belakang. Meski yang terdengar adalah kepalan tangan yang memukul-mukul pintu, mereka memaksakan diri untuk menganggapnya lemparan.
      Permainan mereka sama sekali tak diusik oleh suara tadi. Mereka terus bermain dengan tawa yang membahana. Beberapa saat berlalu gedoran di pintu kembali terdengar bahkan jauh lebih keras dan terdengar sangat kasar. Sontak mereka membisu dan saling pandang untuk beberapa saat. Akal mereka berputar memikirkan segala kemungkinan. RR diapit tiga rumah dengan tembok-tembok yang tinggi tak mungkin pula ada yang bisa melempari pintu dengan tepat. Pagar depan pun telah tergembok jadi tak mungkin seseorang memasuki halaman tanpa diketahui. Kalau pun ada kenapa juga pintu belakang yang digedor, bukan pintu depan yang lebih dekat. Tanpa satu pun aba-aba yag terucap kartu domino yang masih berada di tangan mereka letakkan perlahan pada lantai dan masing-masing mengambil posisi tidur yang manis. Suatu jurus andalan ketika berhadapan dengan hal yang tak masuk akal. Karena digerogoti sedikit rasa takut, mereka memperebutkan selimut yang tak cukup menutupi tubuh keempatnya. Dan terjadilah adegan tarik menarik selimut dari ujung satu ke ujung lainnya hingga akhirnya mereka benar-benar tertidur pulas. Keesokannya mereka bangun masih dengan rasa penasaran dan kembali menertawakan kekonyolan dirinya masing-masing.   

Rabu, 01 Desember 2010

Awal kemunculan Tubek

Hari yang paling ditunggu-tunggu bukanlah awal bulan, melainkan moment wisuda dan ulang tahun dimana ketika kedua hari itu tiba kami bisa menghemat uang makan dan pastinya porsi makan yang tak seadanya. Cukup melist hari lahir kawan-kawan dan selanjutnya berbasa-basi memberi ucapan dan segala macam doa lewat short message atau posting di wall facebook dan ujungnya adalah pengemisan traktir kepada yang berulang tahun.
    Malam itu Cycha datang dengan matic putihnya disusul Visal tentunya. Masih dengan gaya centilnya memasuki pintu rumah.
    “Assalamu alaikum..”salamnya terjawab singkat “Lam..”
    “Ayo ke rumahnya Rani! Ulang tahun ki. Makan-makan.”
    “Iyo kah? Serius duleh.. Sa kira lewat mi.” Oq antusias.
    “Lewat mi memang tapi baru datang Macenya dari Sorong.”
    “Wee, ada perkemekan1) di rumahnya Rani!”
    Oq berteriak memberi tahu yang lain di kamar dan balai-balai belakang rumah. Tanpa teriak pun mereka pasti sudah tahu dan bisa mendengar percakapan di ruang depan.
    “Kurang motor tante.” Aku menatap Cycha.
    “Ada ji motorku, kan saya sama Visalku.”
    “Masih kurang lah. Tidak bisa juga bonceng tiga ke rumahnya Rani.”
    Benga muncul dari belakang lalu ikut dalam percakapan.
    “Sms Uznul sama Wawan, dia mau ke sini sa kira.”
    “Sani, Garring juga sekalian.” Oq menambahkan.
“Ke Takalar ki Garring dia bilang. Biasa subuh pi dia pulang jadi langsung masuk kampus.”
    “Sms mi saja. Paling tidak kita kasi tahu ji.”

    Send to many, Atenk; Idunk ; Garring
Ad undgan k rmhX tante Rani. Ad acr kmek.
Kmpul d RR spy qt bragkt rme2. Cpatko smua.
Sender : Cadel
Pesan telah terkirim.

    Semua mulai bergegas, bersiap untuk mengeksekusi makanan di rumah Rani kecuali Ical. Sejak tadi dia jarang ngomong, kerjanya hanya tidur di dalam kamar. Baru kali ini dia betah berlama-lama di kamar.
“Sama Uznul mako nanti kau Sani. Jadi Uun bisa sama Ical. Ada ji motorku sama motornya Cycha juga  jadi bisa ji dipake sama Ang atau Dotja.” Oq mulai mengatur siapa membonceng siapa.
    “Ndak mau ikut Ical katanya” Benga muncul lagi.
    “Kenapai Ical kah?” Dotja menoleh ke Benga.
    Mendengar kami sedang mempertanyakan dirinya di halaman depan, Ical keluar kamar dengan sarung yang ia kenakan. Pemandangan yang sangat jarang terlihat.
    “Ndak usah ma ikut. Panas badanku. Jaga rumah meka saja saya.”
“Ikut mako saja Cal, na adaji penjaganya RR. Kenapa kau bisa demam kah?”
“Tidak bisa ka juga jalan ini. Malas ka pake celana. Sakit biji ko**o*ku. Ini yang kasi panas badanku.”
“Kau kah tidak kau kasi istirahat juga barangmu. Jangan dikasi kerja terus itu barang.” Oq menimpali ditambah senyum busuk sedang yang lain juga ikut senyam senyum.

Semua kini berada di halaman depan. Hanya Uun yang sibuk keluar masuk rumah. Uznul telah tiba serta Wawan dan Ria yang sampai tak lama sesudahnya sedang Garring belum juga memberi konfirmasi. Mungkin pulsanya habis pada saat, hanya itu yang bisa aku perkirakan.
Kami tinggal menunggu Uun yang kini berada di dalam kamar. Mungkin dia sedang mengutak atik tas pakaiannya yang kami simpan dalam kamar bersama buku-buku kuliah tak terurus dan barang rongsokan lain yang tak kunjung kami buang. Kami membiarkan saja barang-barang itu tetap berada dalam kamar. Paling tidak bisa menjadikan kamar RR memiliki fungsi sebagai gudang. Bukan kamar tidur.
Uun melangkahkan kakinya keluar kamar. Dengan celana jeans hitam selutut yang sangat jelas mempertontonkan betis berototnya dipadankan dengan baju kaos berwarna hitam pula. Sama hitamnya dengan hati si pemakai. Tapi bukan itu yang menjadi centre of attention buat kami. Pakaian serba hitam dan wajah yang selalu dibuat-buat cool sudah sangat sering kami jumpai. Malam itu dia mengenakan topi hitam lebar persis topi yang sering dipakai porsenil Peewee Gaskin. Dengan mantap dia menghampiri kami dan berujar,
“Ayo mi!”
Sejeda kami diam dan saling pandang kemudian. Karena tak mampu lagi menahannya akhirnya pecahlah tawa kami. Ical sendiri sejenak melupakan rasa sakit pada bijinya. Dia terpingkal pula. Uun hanya melongo mempertanyakan apa yang menjadi bahan tertawaan kami dalam hati.
“Mauko ke mana Un?”Dotja tertawa sambil bertanya.
“Sa kira mau makan di rumahnya Rani.” Uun masih saja bingung.
“Cocok mi. Tidak mau ji pergi geol orang Un.”
“Kau kayak Tukang Becak saja penampilanmu.”
Semua kembali sibuk tertawa. Dia pun ikutan tertawa atas kekonyolannya.
“Hahaaaahaaaa… kau kayak tubek Un.”

Kami pun berangkat ke rumah Rani meninggalkan Ical dan sisa lelucon tadi bersama semahluk cantik yang tak terjamah yang juga hidup bersama kami menghuni RR. Tak apalah sekali dia berdiam diri di rumah. Kami menjanjikan untuk membungkus makanan untuknya.
Sepanjang perjalanan pun tetap saja Uun dengan gelar barunya menjadi bahan tertawaan. Bahkan sesampai di rumah Rani masih juga menertawakan profesi baru Uun sebagai tubek.

Selasa, 30 November 2010

Lagu Kebangsaan

Sama halnya dengan sebuah Negara yang memiliki lagu kebangsaan yang akan dikumandangkan pada hari kemerdekaan, acara-acara kenegaraan dan ketika putra bangsa menjuarai suatu turnamen Internasional, kami pun punya satu lagu kebangsaan. Bedanya kami tak perlu menunggu moment tertentu untuk menyanyikannya. Dan tak juga harus dengan badan berdiri tegap dan lengan kanan yang dilipat untuk sebuah penghormatan. Kami menyanyikannya setiap saat kapan pun dan dimana pun kami mau. Tak harus di RR. Bahkan kami betah duduk menyanyikannya berulang-ulang sampai orang di sekeliling kami merasa bosan dan terusik.  Merupakan sebuah kebetulan yang baik bagi kami karena nama band yang mempopulerkan lagu tersebut terdiri dari dua kata yang jika disingkat dengan mengambil huruf awalnya saja akan menjadi RR. Yah, lagu kebangsaan kami adalah Ingin Hilang Ingatan yang dibawakan oleh Rocket Rocker.

Menghilanglah dari kehidupanku
Enyahlah dari hati yang tlah hancur
Kehadiran sosokmu kian menyiksaku
Biarkan di sini ku menyendiri

Pergilah bersamanya di sana
Dengan dia yang ada segalanya
Bersenang-senang lah sepuasnya
Biarkan di sini ku menyendiri

Terlintas keinginan tuk dapat
Hilang ingatan agar semua terlupakan
Dan ku berlali sekencang-kencangnya
Tuk melupakanmu yang telah berpaling

(yang tlah berpaling)

Di sini
Kembali
Kau hadirkan ingatan yang seharusnya kulupakan
Dan ku hancurkan adanya
Di sini
Kembali
Kau hadirkan ingatan yang seharusnya kulupakan
Dan ku hancurkan adanya

Letih di sini ku ingin hilang ingatan


Lagu dengan lirik yang cukup sederhana. Awalnya lagu ini malah menjadi lelucon. Mendengar sang vokalis menyanyikannya dengan dialek yang sangat familiar di telinga kami dimana penyebutan huruf e menjadi e’ persis penuturan orang Toraja. Tapi akhirnya kekhasan itu yang kami suka terus menyanyikannya hingga jadilah Ingin Hilang Ingatan menjadi lagu kebangsaan kami.

Penunggu RR

Seorang kawanku yang selalu bertingkah sok cool dalam segala aktivitas yang dia lakukan, baik itu makan, jalan, melamun, bahkan pada saat tidur. Mungkin ketika buang air juga, aku tak tahu. Dia bernama Uun Muchlis Saputra tapi  paling sering kami panggil Tubek dan panggilan sayangku untuknya adalah Uni, mengingat foto busuknya yang pernah kutemukan. Mungkin di antara kawan cowokku dia yang paling cakep. Cakep yang tak kami nilai dari penampakan fisiknya, kalau itu sih dia jauh dari cakep. Tapi kami berani mengatakan dia cakep karena dialah yang paling laku. Sejak awal kuliah saja sudah ada cewek di angkatanku yang begitu suka padanya. Uun dijadikan alat untuk sekedar memeroleh makan dan merokok dari si cewek itu. Tapi akhirnya Uni tak sempat jadian dengannya, malah memilih cewek yang bergelar Cahaya, mahasiswi jurusan sastra Indonesia. Dan karena si cahaya ini pula Uni sempat hilang selama lima hari.


Pernah tidak buka album kecil kamu dan menemukan wajahmu ketika SD persis sama dengan wajah mahasiswamu? Kalau kebanyakan kawanku punya wajah yang berbeda ketika Maba dimana kepala pada botak dengan wajah dengan rambut gondrong. Kawan yang satu inisejak maba hingga sekarang wajahnya tetap sama awetnya. Awet tua kami bilang. Namun setelah kami memeroleh bukti real dari jejak masa kecilnya, ternyata wajahnya memang tak pernah  berubah sejak dia SD. Namanya Laode Muhammad Riswan Syaflan. Salah satu anak dari seorang wakil rakyat di kota asalnya. Tapi Benga begitu sering ia disapa, tak pernah berbangga akan profesi ayahnya. Mungkin sebuah dendam kesumat dalam dirinya yang membuatnya kurang respect pada ayahnya sendiri. Dia adalah satu dari tiga anggota KOREK (Komunitas Reggae Kendari). Kecintaanya pada Jah membuatnya begitu tergila-gila pada rasta. Republic Merah Kuning Hijau.



Menjelang lebaran sibuk keliling Makassar mencari kopiah yang pas di kepalanya. Mulai dari pertokoan hingga pedagang tendaan yang berjejer di sepanjang jalan sekitar masjid Al-Markas. Namun sayang tak satu pun kopiah yang cocok di kepalanya yang super besar,bahkan kopiah ukuran paling besar sekalipun. Cowok berdarah bugis yang sama sekali tak mampu berbahasa bugis,bagaimana tidak kalau besarnya di Tarakan. Sebuah pulau di Kalimantan Timur yang cukup dekat dari Tawau daerah Malaysia. Dengan badan besar dan tinggi serta kepala yang besar pula cukup meyakinkan untuk memberinya citra yang sangar dan pantas disegani. Selain kuliah ada dua pekerjaan sampingan yang dia tekuni. Dokter spesialis handphone yang buka klinik di rumahnya serta menjadi tukang ojek untuk kakak dan adik perempuannya. Dialah Anggra Firmansyah atau yang juga dikenal dengan Ang.


























Putra Bugis dengan dialek Bone yang khas ini yang paling banyak punya cerita kelam di awal semester dia berstatus sebagai mahasiswa. Pembawaannya tenang tapi terkesan arogan sukses membuatnya menjadi korban pemukulan anak teknik. Dia kawan seperjuangan Ang sejak awal. Tak hanya sekelas, mereka berdualah sang penunggu sekret di awal kepanitiaan. Aku sendiri terkadang tertawa geli jika mengingat kehidupan di sekret dengan sebatang rokok yang dihisap bertujuh dengan kawan lainnya. Dan statement sebatang rokok bertujuh selalu dikaitkan dengan cowok ini. Mungkin karena ketika dia melontarkan statement tersebut air matanya tak lagi tahan untuk diperlihatkan pada kawan-kawan angkatan kami. Tapi jangan salah, air mata busuk itu bisa berubah menjadi sejumlah bungkus rokok yang diberikan oleh salah seorang anggota geng XOXO pada saat itu. Faisal Bin Asse adalah nama yang tercatat dalam kartu mahasiswa dan semua surat administrasinya. Rambut Ical yang kini gondrong dan keriting dan bentuknya bulat persis model pangkasan bunga asoka di taman kota membuat orang segan padanya. Terlebih lagi ditambah dengan sikap pendiamnya, meski sebenarnya dia orang yang heboh dan paling banyak goyang.




Panaungi Anapratama Saputra adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya namun selalu memperkenalkan diri dengan Dotja (baca Doca). Hingga detik ini aku masih mempertanyakan dimana letak kesinambungan antara kedua nama tersebut. Dialah yang berhasil menyabet award maba terganggu jiwanya pada anniversary yang ke-28. Dan tak sia-sia penghargaan itu dia terima karena sampai sekarang dia masih tetap mempertahankan jiwanya yang terganggu. Dia paling tidak bisa diam.  Seorang karateka yang juga aktiv bermain parkour. Kesenangannya pada hal yang menegangkan seperti parkour tak juga menghilangkan traumanya pada kecoa. Selain itu, dia  adalah seorang gamer. Dari pagi hingga kembali pagi kerjanya hanya main game. Tidur di samping laptop sehingga paginya bisa langsung main game lagi. Tak perlu cuci muka apalagi sikat gigi atau mandi. Betah memainkan harvest moon dengan buku panduan di tangan. Dan mengaplikasikannya di kebun belakang rumah dengan jagung dan ubijalar meskipun akhirnya tikuslah yang terlebih dulu memanennya. Bahkan demi game, dia rela tidak mengikuti ritual di Pura sebagai ujian MKU Agama. Dan hasilnya adalah pengulangan mata kuliah tahun berikutnya.Paling tidak hanya dua kali program jika dibandingkan dengan MKU Bahasa Indonesia yang telah dia program tiga kali, semoga saja bisa lulus tahun  ini. Tubuhnya kurus dan jakung dibubuhi sekawanan jerawat yang memberi contour yang unik di wajahnya namun kini sudah mulai tak setia lagi bersamanya.



Akhir kehampaan RR

Perkenalan umum tentang RR cukup dulu, kini saatnya menghadirkan para tersangka yang menghuni RR yang sempat hampa ditinggal penghuni lamanya akibat insiden pelecehan ‘katanya’ Fitri. Tak jelas juga masalah ini. RR kembali berpenghuni sejak kami mulai mempersiapkan tiga kegiatan tahunan jurusan. Awalnya OQ, mahluk yang paling setia menginap di RR meskipun sendiri mulai merasa terusik oleh kehadiran mahluk penghuni RR yang lain yang inderanya tak mampu menangkap keberadaannya. Sejak itu, OQ kembali melewati malam di kampus. Dan setelah aktivitas malam berakhir paginya OQ beserta kawan lain mengunjungi RR untuk membasuh badan dengan beberapa tetes air yang mengalir dari keran kamar mandi.
Dan pagi itu pula menjadi hari baru keberadaan RR dalam hidup kami. Tepat pada pagi dimana mereka memergoki Fitri bersama seorang cowok yang juga teman angkatanku yang sebentar lagi sukses menjadi selebriti. Tak tahu juga apa yang mereka perbuat semalaman di RR berdua.

Gambaran Umum RR

Saatnya untuk menggambarkan RR. Seperti yang telah aku sampaikan sebelumnya, RR berada di BTP Blok G 215. Letaknya cukup strategis karena tak jauh dari jalur transportasi umum serta sangat dekat dari masjid. Meskipun sebenarnya sangat tidak ada pengaruhnya RR jauh atau dekat dari masjid buat kami. Paling tidak dengan keberadaan masjid itu lebih memudahkan kawan yang ingin mencari alamat kami. RR berada di persimpangan jalan yang di depannya berdiri sebuah tiang listrik serta got yang sangat bau. RR diapit dua bangunan yang pantas disebut rumah, begitu juga bangunan yang membelakangi RR. RR adalah rumah imut yang memiliki satu kamar tidur, dapur, kamar mandi serta ruang tamu yang semuanya serba sempit. Bagian yang luas di RR hanyalah halaman dan kebun belakang. Tak apalah, paling tidak kami masih punya sesuatu yang luas. Bukan hanya jidad yang lebar bak landasan pesawat yang dimiliki sebagian dari kami, termasuk aku. Untungnya RR punya pagar besi yang cukup menggambarkan bahwa bangunan ini adalah rumah. Entah apa yang bisa dibanggakan dari bagunan fisik rumah ini. Kedua pintu akan berbunyi ketika dibuka tutup, jendela depan sangat lebar dan hampir tak pernah di buka jadi butuh selimut untuk menutupinya. Kamar mandinya juga. Bukannya sempit lagi, tapi teramat sangat sempit sekali banget. Selain itu airnya tak pernah sekalipun mengalir sepanjang hari. Ada waktu-waktu tertentu air mengalir. Sebenarnya kamar tidur di RR cukup luas tapi karena suatu alasan yang tak masuk akal makanya kami lebih memilih bersempit-sempit di ruang tamu. Jadi ruang tamulah pusat semua kegiatan kami di RR, mulai dari duduk santai, makan, nonton, main game, kerja tugas jika musim final tiba, dan pastinya tidur. Untungnya kami mandi dan buang air tetap di kamar mandi.