Selasa, 30 November 2010

Introducing

Apa yang terlintas di kepalamu ketika mendengar kata “Rumah Rayap”? Mungkin beberapa menganggap Sarang Rayap. Memang benar sih rumah itu dihuni rayap beserta mahluk yang tak jelas lainnya. Di sana-sini tertinggal jejaknya. Mulai dari balok kayu yang menyanggah genteng rumah, pintu dan jendela hingga dinding rumah. Sudah ada beberapa yang lapuk untung dindingnya semen jadi hanya sarangnya saja yang tertinggal di sana.
Di sini aku akan membagi cerita indah (entahlah bagi orang lain, paling tidak untukku indah). Di tengah kompleks perumahan ternama di Kota Makassar yang katanya sih kompleks perumahan terluas di Indonesia Timur. Kurang tahu juga sih kebenarannya karena baru satu dua daerah Timur luar provinsiku yang pernah kudatangi.
Sebelumnya aku ingin perkenalkan diriku. Namaku Sani dan juga dikenal dengan nama Cuplis. Mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan sastra Inggris. Universitas yang begitu kudambakan sejak di bangku SMP namun mengecewakanku setelah menjadi bagian di dalamnya. Di sinilah Dia yang kami sebut Tuhan, siapapun namanya, memertemukanku dengan kawan-kawan seperjuangan di sastra Inggris. Mereka orang yang hebat. Yah, aku merasa hebat jika bersama mereka.
Entah berawal dari mana Rumah Rayap yang lebih sering kami singkat RR ditemukan. Rumah yang orang kenal dengan BTP Blok G 215. Yang jelas Rumah Rayap telah melengkapi kehidupan kami sejak tahun awal kami sebagai mahasiswa. Sepengetahuanku nama Rumah Rayap tak serta merta disematkan pada rumah imut itu. Mungkin karena kelompok belajar itu belum bernama sedang sejumlah cewek modis di angkatanku dengan bangga menyebut mereka XOXO namun sering kami pelesetkan dengan Kali Nol Kali Nol. Hingga akhirnya beberapa senior menamai kami Anak Rayap.
Rumah Rayap mulanya hanya sebagai tempat nongkrong, sekedar mengisi kekosongan waktu kuliah dengan berbagai perbuatan mesum. Entah benar atau tidak, aku belum terikat kuat pada RR saat itu. Kegiatan di awal keberadaan RR hanya nongkrong itu pun hanya pada waktu kuliah. Tak ada kegiatan malam.
Sebaiknya para pelaku aku hadirkan dalam cerita ini.

Penghuni Awal
OQ. Sengaja aku kenalkan terlebih dulu. Mengingat dialah penghuni RR yang bertahan dari awal hingga kami melepas RR. Tak hanya itu, di antara kami dialah yang paling lama hidup di dunia ini dengan nama lahir Dwiky Pratama Noviar. Tak cukup menggunakan satu kata yang mewakili dia. Aneh mungkin hampir tepat. Pria pendek yang berdarah Bone, lahir di Kendari dan melewati hampir sebagian umurnya di Bali meskipun sempat beberapa waktu di Sungguminasa. Awal kuliah sudah sangat jelas bakat ngebanyolnya. Kalo fisik sih nggak bisa diandalkan. Meskipun badan pendeknya dihiasi beberapa tattoo, tetap saja dia hanyalah seorang manusia biasa yang juga penakut.












Selanjutnya adalah orang yang paling berjasa dalam penemuan RR. Nomor dua bukan karena dia paling tua setelah OQ. Tapi karena dia paling besar. Uznul anaknya Hamid tapi sering juga dipanggil Uci. Tubuhnya buntal bulat, tak salah senior manggil dia gallon.
Nah, dia yang memeroleh inspirasi untuk menamai rumah itu Rumah Rayap. Mungkin dia juga dapat bisikan dari penunggu yang lain. Kiki. Si abangnya Neng ini yang paling sering nongkrong di RR pada awalnya. Cowok playboy ini sempat jalan beberapa hari dengan salah satu cewek yang diimpikan cowok Grotesque ’08 (nama angkatan). Tak ketinggalan sang mantan pacar yang sekarang sudah menjadi isterinya abang. Nuuny. Ibu satu anak ini dari dulu memang sangat cerewet dan pemarah. Tapi dia sangat penyayang lho.
Cewek bertubuh kecil yang paling genit di antara kami siapa lagi kalau bukan Cycha. Dulu dia cukup sering nongkrong di RR. Mungkin karena pada saat itu dia telah berstatus pacaran dengan Visal si cowok tinggi dan sangat malas masuk kuliah di tahun pertama.
Cowok yang satu ini sering kami panggil Squidward. Tak tahu juga siapa yang pertama menyadarinya. Wawan berhasil meraih gelar elit ini karena hidungnya kebesaran. Dia juga paling sering bohong padahal alumni pesantren IMMIM.
Ummi juga salah satu orang yang turut andil dalam pengadaan RR. Meskipun jarang nongkrong seperti yang lain, Conk, begitu biasa dia disapa cukup peduli pada RR walaupun dia punya pandangan yang berbeda. Maklumlah selain sibuk mencari ayah baru buat Oza, dia  juga baru memulai hidupnya di dunia pergerakan mahasiswa pada saat itu.
Tante Rani biasa kami memanggilnya. Cewek berkacamata ini cukup bebas karena orang tuanya tugas kerja di Wasior. Dia juga paling sering membawa Malboro putih.
Cowok asal Sidrap yang paling malas kuliah dari awal, dialah Haris. Tiap pengumpulan harus merelakan kamar kostnya sebagai tempat pelarian para pembangkang sampai penghuni kost yang lain komplain karena mulut kami pada gak tau liat situasi. Hahaaa..
Adek bungsu dialah Imran mahluk yang berasal dari Takalar ini paling suka bilang garring, awalnya aku sendiri tak tahu apa artinya hingga kelamaan dia kami panggil Garring. Dialah yang paling pendiam dan tak bertingkah di antara kami. Cowok baik-baik yang rajin shalat dan masuk kelas kuliah.
Entah kawan-kawanku bisa menerima nama yang selanjutnya akan aku tuliskan atau tidak. Mungkin lebih baik jika tetap saja aku tuliskan, toh kalau mereka marah gampang banget kok dihapus. Dialah Fitri, cewek yang tak kalah centilnya dari Cycha. Tapi keberadaannya sekarang tak ada yang mengetahui. Untuk menemukannya bak mencari jerami di tumpukan jarum. ‘Tapi untuk apa pula mencari dia’. Pasti itu yang dipikirkan di kepala sebagian besar dari kami. Kecuali kalau ingin menjadikannya sumber uang tak halal.
Nah itulah orang-orang yang tercatat dalam sejarah awal keberadaan RR. Mereka yang pernah menghuni RR dengan gaungan ria canda. Dengan celotehan khas anak muda dan segala pembicaraan yang tidak penting tapi seolah penting untuk diperbincangkan.
Ini gambar RR tampak depan..
Tiga orang bersaudara. Wawan Idunk, Haris Kuliah dan Imran Garring..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar